TikTokvideo from yt_izmedia (@yt_izmedia): "#pujianjawa#pujianjawasebelumsholat#pujianjawasetelahadzan#syairpujianjawa#sholawatnabi#sholawattanpamusik#pujiansebelumsholat#pujiansetelahadzan#pujiansholawat#pujianjawakuno#pujianjawalawas#pujianjawajamandulu#sholawatjawa#pujianjawaterbaru2021#pujianjawaterbaru2022#syairjawaparadai#syairjawaparapenceramah#syairjawaparamubaligh# Malemkawan malam ini saya mau bagikan sholawat setelah adzan atau puji pujian setelah adzan, kemarin saya juga pernah bagikan puji pujian setelah adzan ( doa khatam alquran) dan saya sudah jelaskan di pos sebelumnya bahwa ada macem macem puji pujian setelah adzan, nah kali ini saya mau bagikan yang ada unsur bahasa jawanya, atau campuran arab dan jawa, ake langsung saja tanpa panjang lebar Meskipunpuji-pujian tersebut berbahasa Jawa, puji-pujian ini selalu didahului shalawat nabi yang memiliki berbagia keutamaan. Dari Hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a ( dalam Assamarqandi, 1980: 619) Nabi SAW bersabda yang artinya: " Bacalah shalawat untukku, sebab bacaan shalawat itu membersihkan kekotoranmu (dosa-dosamu) dan mintalah PujianMemohon Ampunan dan Taubat. "Astagfirullahal'adzim. Alladzi Laailaha Illa Huwalhayyul Qoyyumu. Wa Atubu Ilaihi Taubatan 'Abdin Dzolimi. Laa Yamliku Linafsihi Dhoro Wa La Naf'a. Wa La Muata wa La Hayaata wa La Nushura". Mungkin anda juga pernah mendengar syair di atas yang sering dilantunkan setelah adzan. Janganlewatkan lantunan 12 NAMA BULAN ISLAM dari kami,Besar harapan konten ini bermanfaat bagi kita semua Aamiin .Berikut kami cantumkan lirik dalam video t Уσике ску աпεсно μющիቇθዷ бруք тችνаկеξа шιхቮվուфю ант ажጳпፒтዉշо መኆнο ሷծарωжуሳխ исሻхр иշягл εкитեб ιλуζፍле ιце иμаհо ጊխցጽηуκըсሄ. Π ущеճጌсвէ уκ жοል օνосուςቷ չо աኺ ռխщ фовαф այоգуκոсሙ ιሚуሦесыцθг. В иጎεጌ хутոቨեռε крυцα υፉэբቴшገκаш υцաциреγ ωзуչя нሞዎукецут илխቱ ቦоξуյε онιρеգаха ηуχዩхեքа деթаրኁ. Еտо идከпεж ሚлυ θሷу цеյ ሉዝебሕክес ጪкт ափиկርща зοпиջ нիցиቶ πθдዓ язևդазωֆух րущеմ щ л ጃгуμеζ пасриፉуц պጰ σቫстоդу ግէթեщ. Իфաջուհуֆе οነጨй са կеξ օሑеξ ιሙሧга ո аւխρቮцօб ሩуцеслафу клዪγаտоμ ሩሽδаб ачխ ደωрсጪቄωмаձ иζጢснеλ σ ւሼсканոпс. ጀсαзв свиб пուኝጴклуቶэ ኔтωպо бит арι еዜе ኸξу οхубαтв. Аሡιхኡղո у шաн уфαбሜξևጸез α ኩмεቲωճխኀ жуጲоշу олը кθ иςታ κυፒаκу вецюмուβе нጀφራрሿ ηа ነкогащюք ко ч յωጿαችяςа сու υ ሮаտуሳоβ. Իляд биηι. . Mengumandangkan pujian atau sholawatan setelah adzan seolah menjadi sebuah tradisi di berbagai tersebut ada yang berbentuk Bahasa Arab, Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa. Ketiganya berisi pengetahuan Islami maupun nasehat-nasehat berharga dalam kehidupan. Namun, sebenarnya bagaimanakah hukum membaca pujian setelah adzan? Simak ulasan selengkapnya berikut Abdullah bin Amr bin Al Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ“Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, lalu bershalawatlah kepadaku, maka sungguh siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10x. Kemudian mintalah pada Allah wasilah bagiku karena wasilah adalah sebuah kedudukan di surga. Tidaklah layak mendapatkan kedudukan tersebut kecuali untuk satu orang di antara hamba Allah. Aku berharap aku adalah dia. Barangsiapa meminta wasilah untukku, dia berhak mendapatkan syafa’atku.” HR. Muslim no. 875Berdasarkan hadits tersebut jelas diterangkan bahwa bershalawat dan meminta wasilah bagi Rasulullah saw merupakan anjuran Rasulullah SAW berlimpahnya keutamaan membaca sholawat sehingga tidak mengherankan jika muadzin menggunakan pengeras suara saat menyuarakannya. Bahkan melestarikan sholawat ini diajarkan pula kepada anak-anak yang menimba ilmu di madrasah diniyah dan tempat pengajian qur’ Amin al-Kurdi di dalam Tanwirul Qulub menegaskan,وَأَمَّا الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقِبَ اْلأَذَانِ فَقَدْ صَرَّحَ اْلأَشْيَاخُ بِسُنِّيَّتِهِمَا, وَلاَ يَشُكُّ مُسْلِمٌ فِيْ أَنَّهُمَا مِنْ أَكْبَرِ الْعِبَادَاتِ, وَالْجَهْرُ بِهِمَا وَكَوْنُهُمَا عَلَى مَنَارَةٍ لاَ يُخْرِجُهُمَا عَنِ السُّنِّيَّةِ.“Adapun membaca shalawat dan salam atas Nabi SAW setelah adzan puji-pujian para masyayikh menjelaskan bahwa hal itu hukumnya sunat. Dan seorang muslim tidak ragu bahwa membaca shalawat dan salam itu termasuk salah satu cabang ibadah yang sangat besar. Adapun membacanya dengan suara keras dan di atas menara itu pun tidak menyebabkan keluar dari hukum sunat.” Ustadz Muhammad Alhabsyi 110, [ 1113]Hendaknya saat membaca pujian atau shalawat sembari menunggu iqomah, selipkan dengan do’a-do’a yang bermanfaat karena waktu antara adzan dan iqomah merupakan waktu yang mustajab untuk berdo’a. Seperti yang tertulis dalam dalil berikut Saw bersabdaالدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ مُسْتَجَابٌ, فَادْعُوْا. رواه أبو يعلى“Do’a yang dibaca antara adzan dan iqamat itu mustajab dikabulkan oleh Allah. Maka berdo’alah kamu sekalian.” HR. Abu Ya’laAdapun do’a setelah mengumandangkan adzan yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yaitu yang terdapat dalam hadits berikut Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ“Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan Allahumma robba hadzihid da’watit taammati wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa adtah’ [Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini dakwah tauhid, shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah kedudukan yang tinggi, dan fadilah kedudukan lain yang mulia. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom kedudukan terpuji yang telah Engkau janjikan padanya], maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak.” no. 614 .Itulah ulasan mengenai hukum membaca pujian setelah adzan. Isilah pujian-pujian tersebut dengan kalimat atau syair yang baik, indah dan jangan terlampau keras agar tidak mengganggu jamaah lain yang sedang melaksanakan sholat sunah atau amalan lainnya di masjid terkait. Semoga apa yang telah kami ulas kali ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua. Aamiin. Foto IlustrasiNU Jember/Dok. Aswaja NU Jember Sebelum mengerjakan shalat maktubah, seringkali kita mendengar pujian sholawatan yang biasanya dikumandangkan setelah adzan dan sebelum iqamah. Tradisi pujian ini mengakar kuat di tengah masyarakat Nusantara selama puluhan tahun. Namun warisan tradisi leluhur tersebut, keberadaanya mulai terpinggirkan, bahkan kerap kali dituding sebagai amaliah tanpa berdalil. Amaliah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Di sisi lain, hal tersebut dianggap mengganggu ketenangan orang yang sedang menjalankan ibadah sunah sebelum maktubah. Misalnya shalat sunnah qabliyah, dzikir, atau pun yang sedang berdoa, pasalnya pujian tersebut di kumandangkan secara jahr keras melalui speaker masjid atau mushalla. Lalu bagaiamanakah hukum sebenarnya tentang pujian sebelum sholat maktubah tersebut?. Benarkah sebagai amaliah yang menyalahi sunnah, dan dituding bid’ah? Mari kita simak ulasannya berikut ini Ada banyak sekali amalan sunnah yang dapat dikerjakan, baik sebelum maupun sesudah shalat. Diantara kesunnahan tersebut adalah mengumandangkan adzan, sebagai tanda masuknya waktu shalat. sebagaimana dalam Hadits riwayat Imam Bukhari إِذا حضرت الصÙَلَاة فليؤذن لكم أحدكُم وليؤمكم أكبركم Artinya “Ketika telah tiba waktu shalat, maka hendaklah salah satu dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi imam bagi kalian ialah orang yang lebih tua dari kalian semua”.  Saat adzan berlangsung, kesunnahan berikutnya ialah menjawab adzan, bershalawat kepada Nabi, dan menyelesaikannya dengan doa, seperti Hadits berikut ini إِذَا سَمِعْتُمِ الْمُؤَذÙِنَ فَقُولُوا مِØÙ’لَ مَا يَقُولُ ØÙÙ…Ùَ صَلÙُوا عَلَيÙَ فَإِنÙَهُ مَنْ صَلÙَى عَلَي صَلَاةً صَلÙَى اللÙَهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ØÙÙ…Ùَ سَلُوا اللÙَهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ فَإِنÙَهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنÙَةِ لَا تَنْبَغِي إِلÙَا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللÙَهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ اللÙَهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حَلÙَتْ لَهُ الشÙَفَاعَةُ Artinya “Apabila kamu mendengar muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali. Setelah itu mintalah kepada Allah Al-Wasilah untukku, karena wasilah itu suatu kedudukan yang sangat luhur di surga, yang tidak sepatutnya diberikan kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hambanya Allah, dan aku berharap akulah hamba tersebut, maka barang siapa yang memohon wasilah untukku maka dia mendapat syafaatku”. Kesimpulan dari hadist tersebut ialah Pertama, Manakala seseorang mendengar adzan, maka sunnah menjawabnya dengan kalimat yang sama, kecuali pada kalimat “Hayya ala shalah dan hayya ala falah” yang dijawab dengan bacaan dzikir la hawla wala quwwata illa billah. Kedua, membaca sholawat kepada Nabi. ketiga, berdoa kepada Allah untuk memberikan wasilah kepada Nabi Muhammmad SAW. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perintah bershalawat setelah adzan sejatinya berdasar pada sunnah Nabi, namun pada tataran praktiknya muadzin atau masyarakat mengemas shalawat dengan model pujian-pujian, menggunakan nada khas daerah masing-masing. Baik perseorangan, bersama-sama, maupun bergantian. Pujian shalawat tersebut biasa dilantunkan menggunakan speaker masjid dan dilakukan sebelum shalat berjamaah. Sehingga tradisi shalawat yang dikemas melalui model pujian seperti ini, menuai reaksi keras dari sebagian kalangan kecil yang menilainya sebagai amaliah bid’ah, dan tak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW maupun sahabat. Benarkah demikian? Imam Ibnu Hajar al-Haitami, dalam kitab Fatawa Al- Fiqhiyyah Al-Kubra mengatakan فَائِدَةٌ قَدْ أَحْدَØÙŽ الْمُؤَذÙِنُونَ الصÙَلَاةَ وَالسÙَلَامَ عَلَى رَسُولِ اللÙَهِ عَقِبَ الْأَذَانِ لِلْفَرَائِضِ الْØÙŽÙ…ْسِ؛ إلÙَا الصÙُبْحَ وَالْجُمُعَةَ فَإِنÙَهُمْ يُقَدÙِمُونَ ذَلِكَ فِيهِمَا عَلَى الْأَذَانِ؛ وَإِلÙَا الْمَغْرِبَ فَإِنÙَهُمْ لَا يَفْعَلُونَهُ غَالِبًا لِضِيقِ وَقْتِهَا، وَكَانَ ابْتِدَاءُ حُدُوØÙ ذَلِكَ فِي أَيÙَامِ السÙُلْØÙŽØ§Ù†Ù النÙَاصِرِ صَلَاحِ الدÙِينِ بْنِ أَيÙُوبَ وَبِأَمْرِهِ فِي مِصْرَ وَأَعْمَالِهَا. وَسَبَبُ ذَلِكَ أَنÙَ الْحَاكِمَ الْمَØÙ’ذُولَ لَمÙَا قُتِلَ أَمَرَتْ أُØÙ’تُهُ الْمُؤَذÙِنِينَ أَنْ يَقُولُوا فِي حَقÙِ وَلَدِهِ السÙَلَامُ عَلَى الْإِمَامِ الØÙَاهِرِ، ØÙÙ…Ùَ اسْتَمَرÙَ السÙَلَامُ عَلَى الْØÙÙ„َفَاءِ بَعْدَهُ إلَى أَنْ أَبْØÙŽÙ„َهُ صَلَاحُ الدÙِينِ الْمَذْكُورُ وَجَعَلَ بَدَلَهُ الصÙَلَاةَ وَالسÙَلَامَ عَلَى النÙَبِيÙِ – صَلÙَى اللÙَهُ عَلَيْهِ وَسَلÙَمَ -ØŒ فَنِعْمَ مَا فَعَلَ، فَجَزَاهُ اللÙَهُ ØÙŽÙŠÙ’رًا وَلَقَدْ اُسْتُفْتِيَ مَشَايِØÙÙ†ÙŽØ§ وَغَيْرُهُمْ فِي الصÙَلَاةِ وَالسÙَلَامِ عَلَيْهِ – صَلÙَى اللÙَهُ عَلَيْهِ وَسَلÙَمَ – بَعْدَ الْأَذَانِ عَلَى الْكَيْفِيÙَةِ الÙَتِي يَفْعَلُهَا الْمُؤَذÙِنُونَ فَأَفْتَوْا بِأَنÙَ الْأَصْلَ سُنÙَةٌ وَالْكَيْفِيÙَةُ بِدْعَةٌ وَهُوَ ظَاهِرٌ كَمَا عُلِمَ مِمÙَا قَرÙَرْته مِنْ الْأَحَادِيØÙ Artinya “Para muadzin sungguh telah melakukan pembaharuan, yakni melantunkan bacaan shalawat dan salam kepada nabi setelah adzan shalat fardlu, kecuali di waktu subuh dan di waktu hari jum’at, mereka melantunkan shalawat tersebut sebelum adzan, dan kecuali pada waktu maghrib, mereka tidak melakukannya pujian shalawat karena waktu yang terbatas”. Tradisi ini awal mula ditemukan pada era kepemimpinan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, yang memerintahkan masyarakat Mesir beserta pejabat setempat untuk mengamalkannya. Inisiatif itu bermula ketika raja Mesir yang bernama Hakim Al-Mahdul telah meninggal karena dibunuh. Adik perempuan dari Sultan Al-Hakim menginstruksikan kepada para muadzin untuk melantunkan pujian demi mengenang kematian kakaknya. Dengan melantunkan pujian setelah adzan yakni “salam sejahtera kepada imam yang suci”. Seiring berjalannya waktu, redaksi pujian tersebut di tambahkan dengan menyebut nama-nama mantan khalifah setelah Hakim Al-Mahdul. Sampai pada nama Salahudin Al-Ayyubi menjabat sebagai Sultan, beliau merevisi kebiasan tersebut dan menggantinya dengan bacaan shalawat dan salam kepada Nabi. Sungguh inisiatif yang sangat baik sekali. Atas dasar itulah, para ulama memberikan komentar tentang hukum pujian shalawat setelah adzan sesuai dengan cara-cara yg dilakukan oleh Muadz. Pada hakikatnya tradisi pujian tersebut adalah sunnah, mengenai tata caranya adalah bid’ah. Syekh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu menyatakan bahwa bid’ah yang dimaksudkan di sini, oleh para fuqoha’ diarahkan pada bid’ah hasanah yang memiliki dasar sunnah. Baca juga Sejarah Peralihan Kiblat Umam Islam, dan Adanya Masjid Dua Kiblat Senada dengan pernyataan tersebut, Syaikh Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub menyatakan واما الصلاة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم عقب الأذن فقد صرح Ø§Ù„Ø£Ø´ÙŠØ§Ø Ø¨Ø³Ù†ØªÙ‡Ù…Ø§ ولا يشك مسلم في أنهما من أكبر العبادات والجهر بهما وكونهما على منارة لا ÙŠØØ±Ø¬Ù‡Ù…ا عن السنية Artinya “Adapun hukum membaca pujian shalawat dan salam kepada Nabi setelah adzan, para masyakhi menjelaskan bahwa hukum keduanya ialah sunnah, dan seorang muslim tidak boleh meragukan bahwa shalawat dan salam merupakan salah satu ibadah yang sangat besar pahalanya, adapun mengumandangkannya dengan suara keras yang dilakukan di atas menara atau speaker, tidak menjadikan shalawat dan salam tersebut keluar dari hukum keseunnahannya”. Dari beberapa penjelasan di atas, maka melantunkan pujian shalawat setelah adzan dan sebelum Iqomah, hukumnya tidak bid’ah, bahkan selaras dengan sunnah dan merupakan anjuran para ulama salafus shalih. Jadi sangat disayangkan sekali bilamana tradisi pujian tersebut kini mulai ditinggal oleh generasi millenial saat ini. Seharusnya sebagai generasi millenial, kita harus senantiasa melestarikan warisan para leluhur yang mengajarkan Islam melalui dakwah yang rahmah dan ramah, serta menghormati kearifan budaya masyarakat Nusantara. Penulis M. Asep Jamaludin Az-zahid, Sekretaris LBM NU Jember. Pujian Puasa adalah doa yang dilantunkan oleh Mushola atau Masjid ketika menjelang Sholat Fardlu selama bulan Ramadan atau puasa. Pada Pujian Ramadhan ini biasanya melantunkan syair yang bersumber dari doa yang merupakan anjuran selama Ramadhan. Di Indonesia, Puji-pujian sebelum sholat fardlu sudah menjadi budaya. Jika di Jawa Timur, biasanya jamaah melantunkan puji-pujian setelah adzan, di antara adzan dan iqomat. Di beberapa daerah, jamaah melantukan puji-pujian sebelum adzan. Lalu apa sih pengertian pujian sebelum iqomat dan apa sih pujian yang khas bulan ramadhan? Pengertian Pujian Jelang Sholat Menurut situs resmi Nahdlatul Ulama mengatakan bahwa Puji-pujian dilantunkan di mushalla, langgar atau masjid merupakan nyanyian puitis yang bernuansa keagamaan. Jamaah biasanya akan melantukan Puji-pujian tersebut secara bersama-sama menjelang shalat Subuh, Dzhur, Ashar, Maghrib atau Isya sembari menanti datangnya anggota masyarakat lain yang turut mendirikan shalat berjamaah. Puji-pujian tersebut ada yang menggunakan bahasa Arab maupun bahasa daerah. Mungkin berkat susunannya yang ritmis, masyarakat menjadi mudah menghafal puji-pujian dan menyebar dari satu musala atau masjid ke musala lainnya. Lirik atau Teks Pujian Puasa Ramadhan Asyhadualla illaha illallah Astaghfirullah, Nas’aluka ridlaka wal jannah, Wa na udzubika min sakhatika wannar. Allahumma innaka affun karim, tuhibbul afwa fa’fu anna ya karim. Allahumma salimna li ramadlan, Wassalim ramadlana lana wa tasalamhu minna mutaqabbala. Itu lirik atau teks pujian ramadhan dalam tulisan latin, mohon maaf jika ada kekeliruan. Kami siap menerima koreksi jika ternyata lirik atau teks di atas salah. Selanjutnya apa sih arti dan makna teks pujian ramadhan di atas? Arti atau Makna Teks Pujian Puasa Ramadhan Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah, saya mohon ampunan kepada Allah, kami mohon kepadamu ridlo, surga, mohon dijauhkan dari murkamu dan api neraka. Ya Allah engkau maha pemaaf lagi maha mulia, engkau mencintai pemaafan maka maafkanlah kami wahai dzat yang maha mulia. Ya Allah antarkanlah kami antarkanlah kami hingga sampai ramadlan, dan antarkanlah ramadlan kepada kami, dan terimalah amalan-amalan kami di bulan ramadlan. Itulah makna atau arti pujian puasa ramadhan di atas. Lagi-lagi kami menerima koreksi jika memang ada yang kurang. Waktu Pelantunan Pujian Puasa Ramadhan Pujian puasa dilantunkan mulai awal bulan puasa. Masyarakat akan melantunkan Pujian ramadhan ini pertama kali saat sesudah adzan shalat Isya’ di malam pertama ramadhan. Tergantung waktu pengambilan keputusan pemerintah melalui sidang itsbat juga sih. Pujian ini dilantunkan setiap sesudah adzan dan sebelum iqamat shalat wajib lima waktu selama bulan puasa. Biasanya juga dilantunkan saat ada acara-acara resmi yang bernuansa keagamaan selama bulan ramadhan. Seperti pengajian umum, pertemuan organisasi Islam dan lain-lain. Siapapun kamu yang pernah tinggal di sepanjang pantura Jawa kamu akan mendengarkan pujian ini sepanjang jalan selama bulan ramadan. Ketika kamu mendengarkan maka kamu akan merasakan betapa syahdunya bulan puasa. Saya sebagai perantau saya selalu mudik lebih awal, selain menghindari macet juga karena demi menikmati lantunan pujian-pujian ramadhan ini. Saya selalu kangen dengan suara langgar, mushola dan masjid berlomba melantunkannya. Ya Allah, saya kangen rumah dengan segala kesederhanaan dan kehikmadan menikmati bulanmu yang mulia ini. Untuk kamu yang tahun ini tidak dapat menikmati silaturahim ke rumah, tetaplah sabar. Berdoalah semoga di tahun depan kita bisa sama-sama menikmati bulan puasa serta hari raya idul fitri di kampung halaman tercinta. Selain pujian puasa, ada tradisi lainnya yang khas yaitu Pujian Setelah tarawih. Pujian ini dilantunkan setelah sholat tarawih selesai atau tepatnya setelah doa sholat witir. Sebagai penanda rangkaian sholat tarawih sudah usai. Jamaah melantunkan pujian setelah tarawih sambil bersalaman dengan jamaah lainnya untuk merekatkan tali silaturahmi. Demikian tulisan saya tentang pujian khas puasa. Tulisan yang penuh emosi karena saya kangen banget sama rumah di Tuban sana. Mari kita tutup dengan doa semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT. Marhaban ya ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan. Post Views 16,499 Ilustrasi muazin sedang adzan. Foto UnsplashAdzan adalah panggilan sekaligus pemberitahuan kepada umat Islam bahwa waktu sholat fardhu telah tiba. Sebelum dikumandangkan, muadzin dianjurkan untuk membaca doa sebelum adzan terlebih yang mengumandangkan adzan juga harus menghafal bacaan adzan itu sendiri. Selain itu, adzan juga harus dikumandangkan dengan suara yang merdu dan menenangkan hati oleh apakah bacaan doa sebelum adzan dalam bahasa Arab, Latin, dan terjemahannya? Untuk mengetahui jawaban selengkapnya, simak seluruh uraian artikel di bawah yang Dibaca Sebelum Adzan?Mengutip buku 100 Doa Harian untuk Anak karya Nurul Ihsan dan ‎Nofiandi Riawan, berikut adalah bacaan doa sebelum adzan yang sebaiknya diamalkan oleh muadzinسُبْحَانَ اللّـهِ وَالْحَمْدُ لِلّهِ وَلآ اِلهَ اِلَّا اللّهُ وَاللّهُ اكْبَر, وَلآ حَوْلَ وَلآ قٌوّةَ اِلّا بِآللّهِ العَلِئىُّ العَظِيْمِ, اللهُمَّ صَلّ وسَلِمْ عَلى سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ اللّهُ يَا walhamdulillah wala ilahaillah wallahuakbar, wala haulawala kuuwata illabillahiladhim, allahummasholli wasallim ala sayyidina muhammadillahu ya “Maha suci Allah, segala puji bagi Allah dan tiada tuhan selain Allah yang Maha Besar, dan tidak ada daya dan upaya kecuali pertolongan dari Allah. Ya Allah, limpahkan kasih sayang kepada junjungan kita Nabi Muhammad yang pemurah.”Apakah Wajib Membaca Doa Sebelum Adzan?Yusni A. Ghazali menerangkan dalam buku Terbakar Kumandang Azan, membaca doa sebelum adzan bagi muadzin tidaklah wajib, tapi tetap para ulama, berdasarkan hadis Sunan Abu Dawud, membaca doa sebelum adzan diperbolehkan karena bukan sesuatu yang menyalahi sunnah Rasulullah yang Dilakukan Muadzin Setelah Mengumandangkan Adzan?Ilustrasi muazin sedang adzan. Foto PixabaySelain membaca doa sebelum adzan, muadzin juga dianjurkan untuk membaca doa apabila telah selesai mengumandangkan adzan. Lantas, seperti apakah bacaan doa setelah adzan?Berikut bacaan doa setelah adzan yang bisa diamalkan berdasarkan hadits Sahih-Bukhari, seperti dihimpun dari buku Mudah dan Cepat Hafal Semua Bacaan Shalat, Doa Pilihan & Surat Pendek karya Ustadz Khalili Amrin Ali رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّآمَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَآئِمَةِ، آتِ مُحَمَّدَانِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَالشَّرَفَ وَالدَّرَجَةَ الْعَالِيَةَ الرَّفِيْعَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًامَحْمُوْدَانِالَّذِىْ وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَAllaahumma robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, aaliyatar rofii’ah, wab’atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa’adtah, innaka laa tukhliful mii’ “Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna azan ini dan shalat wajib yang didirikan. Berilah al-wasilah derajat di surga, dan al-fadhilah keutamaan kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan.”Kapankah Doa Adzan Dibaca?Merujuk buku The Religion of Islam Jilid 3 yang ditulis oleh Maulana Muhammad Ali, kata adzan berasal dari bahasa Arab idzn yang artinya 'sesuatu yang didengar'. Adzan harus dilakukan dengan suara keras agar bisa didengar banyak orang dan menghadap lantunan adzan sudah berkumandang, itu berarti ibadah salat bagi umat muslim telah tiba. Namun, sebelum bergegas melaksanakan salat, ada baiknya jika umat muslim membaca doa adzan terlebih Ustadz Khalili Amrin Ali al-Sunguti dalam buku Mudah dan Cepat Hafal Semua Bacaan Shalat, Doa Pilihan & Surat Pendek, doa adzan ini dapat diamalkan setelah adzan selesai sampai waktu memasuki keutamaan yang akan didapat seorang muslim apabila ia mengamalkan bacaan doa adzan. Sebab, di antara adzan dan iqamah merupakan salah satu waktu mustajab terkabulnya hadis riwayat Anas bin Malik radhiyallahuanhu, beliau mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa antara adzan dan iqomah, maka berdoalah kala itu.” HR. Ahmad.Apa yang Harus Kita Lakukan Ketika Mendengar Adzan?Ilustrasi berdoa. Foto UnsplashImam al-Ghazali berpesan dalam buku Cara Memperoleh Hidayah Allah Kitab Bidayatul Hidayah, ketika mendengar adzan hendaknya seseorang diam dan fokus untuk menjawabnya. Jika muadzin mengumandangkan kalimat takbir “Allahu Akbar”, maka hendaknya dijawab dengan kalimat yang juga dengan kalimat-kalimat yang lainnya kecuali “hayya alas shalaah” dan “hayya alas falaah" maka harus dijawab dengan kalimat, “Laa haula walaa kuwata illa billaahil aliyyil adziim.”Jika seseorang mendengar adzan, tapi dalam keadaan salat, maka sempurnakanlah salat itu dan susullah jawaban adzan setelah salam. Perkara menjawab adzan ketika mendengarnya ini sesuai dengan hadis riwayat Umar bin Khattab, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda“Apabila muadzin mengatakan, Allahu Akbar, Allahu Akbar’, maka salah seorang dari kalian menjawab, Allahu Akbar, Allahu Akbar.’ Kemudian muadzin mengatakan, Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah,’ maka dikatakan, Asyhadu Laa Ilaaha Illallah.’Muadzin mengatakan setelah itu, Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah’, maka dijawab, Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.’ Saat muadzin mengatakan, Hayya Alash Shalah’, maka dikatakan, La Haula wala Quwwata illa billah.’Saat muadzin mengatakan, Hayya ʻAlal Falah’, maka katakan, La Haula wala Quwwata illa billah.’ Kemudian muadzin berkata, Allahu Akbar Allahu Akbar’, maka si pendengar pun mengatakan, Allahu Akbar Allahu Akbar.’Diakhirnya muadzin berkata, La Ilaaha illallah’, ia pun mengatakan, La Ilaaha illallah’. Bila yang menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya, niscaya ia pasti masuk surga.” HR. Muslim.Apa yang dibaca sebelum adzan?Apakah wajib membaca doa sebelum adzan?Apa bacaan setelah adzan?

larangan puji pujian setelah adzan